BREAKING NEWS

Tuesday, July 29, 2014

Toleransi Kristen dan Islam di Gaza




Gaza - Bagi Mahmud Khalaf, 27 tahun, muslim Gaza yang mengungsi ke Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza merupakan sebuah pengalaman baru yang aneh bahwa dirinya melakukan salat di bawah tatapan sebuah ikon Yesus Kristus.

Namun sejak perang pecah di Gaza, dia tidak punya pilihan selain beribadah di sebuah rumah Tuhan-nya orang Kristen. Di situlah dia berlindung setelah serangan udara Israel menghantam tempat tinggalnya Palestina utara.

"Mereka membolehkan kami berdoa. Hal itu mengubah pandangan saya tentang orang-orang Kristen. Saya benar-benar tidak tahu sebelumnya, tetapi mereka telah menjadi saudara kami," ujar mahmud khalaf.

Mahmud khalaf mengaku dia tidak pernah membayangkan akan melakukan salat magrib di dalam sebuah gereja.

"Kami (orang-orang Muslim) berdoa bersama-sama tadi malam, Di sini, cinta antara umat Muslim dan Kristen telah tumbuh." ujar mahmud khalaf.



Mahmud Khalaf, yang meninggalkan rumahnya di Shaaf setelah daerah itu menjadi target serangan pesawat tempur Israel, memegang tasbih dengan cemas, tetapi lega karena telah menemukan tempat perlindungan bersama sekitar 500 pengungsi Muslim lainnya.



"Orang-orang Kristen membawa kami masuk. Kami berterima kasih kepada mereka untuk itu, karena berpihak pada kami," kata mahmud khalaf.

Mahmud Khalaf kini terbiasa beribadah di tempat sebuah agama yang asing baginya, terutama selama bulan suci Ramadhan ini. Setiap hari dia berkiblat ke Mekkah, membacakan ayat-ayat Al-Quran dan membungkukan diri, seperti yang dia lakukan di masjid.

Para pastor dan umat menghargai para tamu Muslim mereka.

"Tentu saja orang-orang Kristen tidak berpuasa, tetapi mereka dengan sengaja tidak makan di depan kami pada siang hari. Mereka tidak merokok atau minum di sekitar kami," kata Khalaf.

Namun dia mengaku sulit untuk menjalankan perintah-perintah agama selama konflik berdarah dan tanpa pandang bulu yang telah menewaskan lebih dari 800 warga Palestina, sebagian besar warga sipil.

"Saya biasanya merupakan seorang Muslim yang taat, tetapi saya sudah merokok selama Ramadhan. Saya tidak berpuasa, saya terlalu takut dan tegang karena perang" ujar mahmud khalaf.


Puasa akan berakhir saat Idul Fitri datang. Namun dengan pengeboman yang sedang berlangsung, ratusan orang tewas dan ribuan kehilangan tempat tinggal, kegembiraan Idul Fitri agak diredam.

"Orang Kristen dan Muslim mungkin merayakan Idul Fitri bersama-sama di sini," kata Sabreen al-Ziyara, seorang wanita Muslim yang telah bekerja di gereja itu selama 10 tahun sebagai petugas kebersihan.

"Namun tahun ini, itu bukan Hari Raya Idul Fitri tetapi pesta para martir," katanya. Ia merujuk dengan hormat kepada mereka yang telah meninggal akibat perang.

Orang Kristen di Gaza telah berkurang jumlahnya menjadi sekitar 1.500. Sementara populasi orang Muslim Sunni mencapai 1,7 juta orang. Komunitas Kristen, seperti di tempat-tempat lain di Timur Tengah, telah menyusut karena konflik dan pengangguran. Namun dalam situasi teror seperti di Gaza, rasa persaudaraan tumbuh di antara mereka.



"Yesus mengatakan, kasihilah sesamamu, bukan hanya keluargamu, tetapi kolegamu, temanmu - Muslim, Syiah, Hindu, atau pun Yahudi,Kami membuka pintu kami untuk semua orang." kata relawan Kristen Tawfiq Khader.

Dan saat menyambut Idul Fitri ke 1435 Hijiriah, warga Gaza yang tetap mengungsi di Gereja Saint Porphyurius, melaksanakan Shalat Idul Fitri di Gereja Saint Porphyurius.

Dan Israel terus meluncurkan serangan bom dan menumpahkan darah serta kemarian warga Gaza yang sedang menjalankan bulan suci Ramadhan. Mereka akhirnya memutuskan untuk berdoa, bahkan berencana melaksanakan shalat Idul Fitri di dalam gereja umat Kristiani.

Solidaritas Umat Kristen di Kota Gaza menawarkan perlindungan bagi pengungsi Gaza di halaman Gereja Sait Porphyrius. Dilansir dari IB Times, Senin (28/7), para pengungsi wilayah Palestina mendapatkan ucapan 'Marhaban (selamat)' dari umat Kristiani setempat.

"Orang-orang Kristen membawa kami. Kami berterima kash kepada mereka yang sudah berdiri di samping kami," ujar seorang warga Gaza, Mahmud Khalaf.


Khalaf juga mengatakan komunitas Kristen sangat ramah dan sudah bertahun-tahun menjadi saudara mereka. Pria 27 tahun itu mengaku awalnya sangat sulit untuk menunaikan ibadah shalat di dalam gereja, namun mereka akhirnya terbiasa untuk itu karena umat Kristen membantu mereka, bahkan menyediakan buka puasa dalam beberapa kali terakhir.

Gereja tersebut sudah melindungi lebih dari 500 pengungsi perang Gaza. Lebih dari 800 warga Palestina telah tewas sejak peluncuran Operasi Perlindungan Perbatasan di Gaza oleh Israel.

Hamas telah menembakkan lebih dari dua ribu roket ke Israel selama periode tersebut dan menewaskan 34 warga Israel, termasuk 32 tentara dan sisanya pekerja.


Sumber:
http://www.islamtoleran.com
http://www.republika.co.id ( Reporter : Mutia Ramadhani | Redaktur : Julkifli Marbun )

Sumber Foto : http://www.islamtoleran.com

Post a Comment

 
Copyright © 2014 GP Pancaran Kasih Depok